Euforia Museum - kumparan

Berita Menarik Terbaru – ini adalah berita hangat saat ini, yaitu tentang Euforia Museum – kumparan

Hari itu, aku bermaksud mengikuti sebuah event kepenulisan di Auditorium Museum Geologi Bandung. Ketika aku melangkahkan kaki memasuki area museum. Aku disambut pemandangan sejarah yang begitu memukau. Arsitektur yang khas dari Negeri Kincir Angin (Belanda) terlihat begitu nyentrik lagi eksotis. Setiap kali aku memandang ratusan ribu koleksi batuan mineral dan koleksi fosil. Mereka memandangiku sebagai seorang teman.

Koleksi museum yang paling berkesan bagiku adalah fosil-fosil dinosaurus yang terpampang tinggi lagi elegan. Pahatan-pahatan fosil itu seolah-olah memiliki detak jantung yang terdengar. Dari koleksi fosil museum ini, aku bisa melihat sejarah kehidupan manusia purba. Bagaimana orang-orang purba dulu mampu survive demi terjaganya eksistensi manusia di muka bumi. Kehidupan nomaden yang dijalani manusia purba tentu disertai jiwa-jiwa petarung kuat. Dan jiwa-jiwa petarung kuat seperti ini patut dimiliki generasi muda Indonesia! Pikirku.

“Seandainya batu ini bisa dibuat batu akik.” Ucap seorang bapak paruh baya yang membawa anak-anaknya ke museum. Begitulah animo pengunjung dewasa saat memasuki koleksi bongkahan batu mulia. Bongkahan batu kristal menjadi primadona lantaran pengunjung bisa menyentuh sebagian koleksi museum. Tak mau ketinggalan, anak-anak pun ramai-ramai menyentuh dan meraba batu kristal ametis atau kecubung berukuran raksasa sambil mengabadikannya dalam swafoto. Perjalanan edukasi yang berkesan lagi irit biaya dapat dinikmati keluarga. Pada akhirnya, hanya perjalanan edukasi seperti ini kita bisa memahamkan di posisi mana arti hadir kita: apakah sekedar remah atau senyata emas.

Bagi pencinta foto studio. Pastinya dipusingkan dengan memilih background yang tepat. Hal itu terlihat dari suasana gaduh pengunjung saat memasuki foto studio 3D museum. Mereka begitu akrab dengan petugas foto. Canda-tawa menghiasi sudut ruangan foto yang tidak jauh berdekatan dengan toko souvenir. Terdapat enam koleksi background dinousaurus yang dapat dipilih pengunjung. Pengunjung dapat memilih gaya bebas saat melakukan foto. Dengan background yang agak sedikit menyeramkan, salah satu pengunjung tampak percaya diri untuk tetap tersenyum. Bukannya takut dengan background dinosaurus malah riang gembira hehe. Hal ini memang klise tapi ini momen yang menyenangkan.

Ada pemandangan yang berbeda saat malam tiba. Sebab banyak pengunjung memadati area luar museum. Semilir angin malam yang begitu menusuk tulang tak membuat semangat pengunjung sirna. Mereka begitu antusias untuk menjadi saksi sejarah at night the museum. Ya, sebuah program yang diadakan pihak Museum Geologi untuk merubah pandangan bahwa museum itu kuno. Inovasi ini sungguh patut diapresiasi sekali. Dalam istilah sederhanannya bisa disebut “melek wacana” dan “melek sejarah”. Melek wacana bisa diartikan kemapuan membaca realita secara kritis dan kreatif. Sementara melek sejarah bisa diartikan pemahaman dan keteguhan terhadap nila-nilai sejarah yang menjadi fondasi kemajuan bangsa. Mengingat, anak-anak generasi zaman now lebih disibukkan dengan bermain gadget dan budaya nonton tv. Elaborasi pendidikan seperti ini diharapkan mampu menekan perilaku konsumtif tersebut.

Sejarah menjadi suatu harta yang tidak ternilai tingginya, karena merupakan karya adiluhur dari sekelompok masyarakat yang terdapat pada suatu negara sehingga muncul idiom “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya.” Sejarah tidak lahir dari kekosongan. Ia didahului oleh kebudayaan-kebudayaan lain yang menjadi unsur pembentuknya. Suatu kebudayaan merupakan ikhtisar atau seleksi dari segala hal yang terdapat dalam kebudayaan sebelumnya. Dengan demikian kebudayaan dapat dipandang sebagai proses memberi dan menerima. Maka dari itu, sudah saatnya kita menjadi promotor sejarah. Yuk! Kita belajar sejarah.

terima kasih sudah membaca info tentang Euforia Museum – kumparan

source